BY - ANDRIK SUGIARTO

Subscribe: Posts Subscribe to Revolution ChurchComments

Monday, July 27, 2009

Ikutan \"Homeschooling\", sorry bukan buat pemalas

0 comments

Sekolah di rumah kedengarannya nyantai. Ternyata memang perlu alasan khusus untuk ikutan sekolah model gini. Kayak apa dan di mana aja sih sekolahnya?

Pernah ada model cantik curhat. Katanya dia kadang enggak mampu mengikuti jadwal sekolah reguler yang bikin mumet. Soalnya, jadwal kariernya sebagai model juga enggak kalah padat. Bayangin aja, pemotretan atau syuting sinetron bisa menyita waktunya sampai larut malam, bahkan kadang sampai subuh. Akhirnya jadwal padat itu sering banget membuatnya nyerah bersekolah besok paginya.

"Aku sering enggak kuat bangun pagi. Akhirnya sering bolos. Susahnya, peraturan sekolah ketat banget. Jadi aku akhirnya keluar dari sekolah itu. Jujur aja, sekolahku yang sekarang lebih longgar untuk urusan absensi," keluhnya. Akhirnya, sampai sekarang dia pun bertahan di sana dengan absensi yang bolong-bolong. Repot juga ya?

Sayang, si teman yang berprofesi sebagai model profesional tadi enggak tau soal adanya pendidikan luar sekolah yang bisa membantunya tetap bersekolah dengan benar. Coba dia kenal sama Dominique, model yang pernah jadi juara pertama Ajang Ajeng besutan MTV Indonesia. Cewek manis berkaki jenjang ini pernah ngalamin yang namanya susah ngatur jadwal.

Akhirnya, cewek ini pun sadar kalo udah enggak kuat ngatur jadwal sekolahnya. Dan home school langsung jadi pilihannya.

Sekolah di rumah? Nyantai dong? Nah, ini dia salahnya. Home school alias sekolah di rumah bukan berati nyantai. Justru dengan home school seorang siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap pilihannya. Soalnya, begitu memutuskan ikutan metode ini, kita udah harus punya jadwal sendiri untuk belajar. Kapan evaluasi dan kapan ujian. Lengah sedikit, pastinya kita ketinggalan.

Banyak Jenis

"Enaknya kalo home school itu ibarat sekolah malam. Jadi selesai gue kerja, gue tinggal belajar di rumah. Dan pelajarannya udah langsung dijurusin," jelas Dominique waktu itu kepada Tim Muda waktu masih jadi siswi home school di Yayasan Bina Mekanika.

Yayasan pendidikan yang diikuti Dominique ternyata merupakan bagian dari program pemerintah yang disebut Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Badan penyelenggaranya udah ada ratusan di Indonesia. Di Jakarta Selatan aja, ada sekitar 25 lembaga penyelenggara PKBM dengan jumlah siswa lebih kurang 100 orang. Setiap program PKBM terbagi atas Program Paket A (untuk setingkat SD), B (setingkat SMP), dan Paket C (setingkat SMA).

Tujuan program ini adalah memberikan layanan pendidikan sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap pendidikan formal. Sasaran awalnya sebenarnya ditujukan untuk masyarakat yang kurang mampu, pengangguran, atau putus sekolah. Namun, belakangan, siswa dan siswi yang ingin mendapatkan layanan pendidikan home school bisa juga mendaftarkan ke sini.

"Jadwal memang bisa disepakati bersama. Yang penting waktu tatap mukanya minimal 5 x 3 jam per minggu. Jadi, mereka bisa memanggil tutor ke rumah. Mereka juga akan dibekali modul yang harus dipelajari dan dilatih sendiri," ujar Chris Leniaty R, SH Branch Manager PKBM.

Makanya, begitu Dominique memilih program IPS sebagai minatnya, dia langsung mendapat modul PKn, Bahasa Inggris, Sosiologi, tata negara, Sastra Indonesia, dan Ekonomi Akuntansi. Selain belajar di rumah, kadang dia juga datang untuk belajar di gedung Bina Mekanika di kawasan Kebayoran Lama.

"Enaknya lagi tuh langsung berupa latihan-latihan. Jadi memacu kita untuk cepat selesai. Sesekali, aku juga datang ke sana untuk ujian bersama atau kalo ada evaluasi," tuturnya. Selain menawarkan program IPS, PKBM juga menawarkan program IPA dan Bahasa.

Nantinya, para siswa PKBM juga harus mengikuti ujian nasional seperti sekolah reguler. Bedanya, ijazahnya langsung dikeluarkan dari Direktorat Pendidikan Masyarakat Ditjen PLSP (Pendidikan Luar Sekolah Pusat).

"Ujiannya pasti terpisah. Tapi ijazahnya resmi dan sangat susah untuk penyelewengan karena dikeluarkan dari pusat. Makanya, home school ini sebenernya lebih sulit untuk lulus," jelas Ign Doni R, SH, SE AK.

Peran Ortu

Selain PKBM, ada salah satu lembaga penyelenggara home school yang lain, namanya Morning Star Academy. Lembaga yang mengacu pada kurikulum Franklin Classical School dari Amerika Serikat ini lebih mengedepankan peran orangtua di dalam pelaksanaan home school.

"Tapi kami bukan murni home school. Sistem belajar kami tiga hari di sekolah, sisanya belajar di rumah. Nah, begitu di rumah, orangtua berperan sebagai pengontrol dan penerapan pendidikan sekolah di rumah," ujar Ibu Lilies Tjoandi dari Morning Star.

Lembaga pendidikan Kristen ini berdiri sejak tahun 2002 dengan tujuan selain memberikan edukasi yang bertaraf internasional, juga membentuk karakter siswanya.

Siswa lembaga pendidikan ini rata-rata punya kesibukan yang luar biasa. Selain sekolah, pasti ada minimal tiga kegiatan luar sekolah. Karena enggak yakin mengimbangi jadwal sekolah yang padat, mereka pun memilih lembaga ini.

"Di sini ada atlet tenis profesional, pebasket yang punya segudang kegiatan. Tapi di pelajaran, mereka semua jempolan," ujar Ibu Lilies.

Herman "Noel" Sinaga contohnya. Cowok berusia 17 tahun ini adalah atlet basket yang pernah memperkuat tim Aspac Junior. Selain masih sering latihan basket, dia juga latihan vokal di Institut Musik Indonesia. Tapi basketlah yang membuat dia jadi bersungguh-sungguh menjalankan home school ini.

Pasalnya dia pengin banget masuk ke klub NBA New York Knicks. So, untuk bisa masuk ke sana, dia harus tembus ke college atau universitas di New York juga nantinya. Dengan home school berkurikulum Amerika Serikat inilah, dia rela melahap semua mata pelajaran seperti Matematika, Bahasa Inggris, Sastra, Humanity, Science, Logic, dan Mandarin. Oh iya, semuanya dengan pengantar bahasa Inggris tentunya!

"Awalnya juga aneh. Kok ada sekolah di rumah segala. Tapi setelah dijalanin, kayaknya emang lebih bagus. Karena selain gue bisa belajar, latihan basket pun jalan terus," ujar cowok tinggi besar ini mantap.

Untungnya, si Noel ini juga enggak lantas tergoda untuk bermalas-malasan. Soalnya, ibunya udah mewanti-wanti untuk mengikuti home school ini dengan serius.

"Begitu saatnya belajar di rumah, nyokap gue tuh udah ngasih kepercayaan ke gue. Sekalian ngontrol pelajaran gue dan bilang, percuma, katanya, kalo mau jadi atlet di Amerika kalo di sini udah enggak mau bertanggung jawab. Makanya, gue langsung enggak enaklah diomongin kayak begitu," beber cowok berkulit gelap ini tegas.

Nah, jadi tau kan sekarang! Dengan home school tuh emang bukan lantas malah jadi nyantai. Sekolah model gini cuma alat untuk membantu kita mendapatkan pendidikan dengan nyaman di balik kegiatan kita yang superbanyak.

Toh, intinya tanggung jawab ada di tangan kita sendiri. Bisa jadi pilihan, kan?

Sumber: Kompas

0 comments:

Post a Comment

 
free counters
Add to Google